Dengan data yang menunjukkan adanya peningkatan EPS ( Earning Per Share ) atau laba bersih suatu perusahaan dari waktu ke waktu yang membuat para investor tertarik untuk melakukan investasi terhadap Perusahaan yang terkait, karena dividen yang akan di berikan oleh Perusahaan kepada para investor disesuaikan dengan pergerakan harga saham. Dalam 6 tahun terakhir, pertumbuhan EPS CPIN sangat fenomenal. Berhasil mengembalikan kerugian di tahun 2004 menjadi untung di tahun 2005. Secara berturut – turut hingga laporan 2010 EPS selalu naik meski sedikit mengalami penurunan di tahun 2006, secara umum menunjukkan adanya stabilitas kinerja CPIN yang selalu meningkat. Bahkan dilihat dari ROE pada tahun 2009 dan 2010 keuntungan yang bisa diperoleh oleh investor bisa mencapai lebih dari 40%. Dan pada tahun 2010 CPIN bisa membagi dividen sebesar Rp.39,8 per lembar saham. Atau melakukan pembagian dividen sebesar Rp.652,64 Milyar. Selain itu, harga saham juga menentukan pergerakan harga pasar yang akan menentukan kinerja masa depan Perusahaan.
Jika dilihat dari pergerakan grafik saham diatas, pada bulan Maret, volume / tingkat transaksi penjualan serta pembelian saham Charoen Pokhpan menunjukkan titik tertinggi yaitu sebesar 85.408.500 dengan harga penutup ( close ) sebesar Rp. 2500. Sedangkan harga peuntupan ( close ) tertinggi terjadi pada bulan Februari dengan volume 44.975.500, dengan harga penutup ( close ) sebesar Rp. 2950.
Harga saham CPIN selama tahun 2011 menunjukan closing price yang semakin tinggi, karena pergerakan harga saham di dukung oleh laba kotor yang diperoleh CPIN dari hasil penjualannya. Terutama penjualan tertinggi yang diperoleh dari bisnis DOC.
Kenaikan laba kotor dari penjualan DOC dikarenakan banyaknya permintaan barang terhadap DOC oleh masyarakat sehingga harga penjualan semakin tinggi. Meskipun pada Mei 2010 harga saham mengalami titik terendah, yaitu 2,475 , namun hal tersebut tidak terus terjadi. Pada pergerakan saham berikutnya, CPIN mengalami peningkatan yang menunjukkan peningkatan pada kinerja Perusahaan.
Kenaikan laba bersih tersebut sejalan dengan pertumbuhan pendapatan usaha perseroan sebesar 24% pada periode tersebut dari Rp10,85 triliun menjadi Rp13,49 triliun. Laba bersih per saham perseroan menjadi sebesar Rp118 dari sebelumnya Rp100. Meski demikian margin laba bersih menurun menjadi 14,30% dari sebelumnya 15,08%. Perseroan juga membukukan kenaikan total beban pokok penjualan menjadi sebesar Rp10,51 triliun dari Rp8,26 triliun naik 27%. Adapun laba usaha perseroan juga naik menjadi Rp2,39 triliun dari sebelumnya Rp2,05 triliun.